Jakarta, 5 Juni 2023 – Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023, Unilever Indonesia ambil bagian dalam dialog lintas sektor yang dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Tempo Media, Pakar Lingkungan Hidup serta Penggerak Lingkungan, yang mengangkat pentingnya kolaborasi untuk mendorong tahapan pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik sebagai kunci penting untuk bertransisi ke ekonomi sirkular. Salah satu yang disampaikan oleh Unilever Indonesia adalah keberhasilan mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang digunakan untuk menjual produk, yaitu sebanyak 62.360 ton plastik sepanjang tahun 2022.
Tahun ini, Hari Lingkungan Hidup Sedunia mengangkat tema krisis polusi sampah plastik yang sedang dihadapi masyarakat dunia. Ini menjadi perhatian karena secara global manusia memproduksi lebih dari 430 juta ton plastik setiap tahunnya; dua pertiganya berumur pendek dan dengan cepat menjadi limbah, mencemari lingkungan bahkan masuk ke dalam rantai makanan manusia[1]. Di Indonesia, dari 19,45 juta ton timbunan sampah pada 2022, 18,4%-nya sampah plastik (3,6 juta ton)[2]. Sementara, hanya 9% sampah plastik yang bisa didaur ulang, sisanya 12% dibakar dan 79% berakhir di TPA dan mencemari lingkungan[3].
Konsep ekonomi sirkular dipercaya bisa menjadi solusi untuk memerangi polusi sampah plastik secara berkelanjutan. Tidak hanya memiliki nilai tambah bagi lingkungan, pendekatan ini juga memberi dampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Dr. Ir. Prima Mayaningtyas, M.Si selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provisi Jawa Barat dalam sambutannya menyampaikan, “Masih banyak tantangan yang kita hadapi di dalam mengurangi sampah plastik dengan menerapkan sistem ekonomi sirkular, salah satunya yaitu mahal – tidak mudah untuk dilakukan, dan masyarakat beranggapan sampah tidak ada nilainya. Hal itulah yang membuat pengelolaan yang di awal harusnya bisa kita lakukan, yaitu dengan merubah mindset dan perilaku semua masyarakat.”
“Tentunya Pemerintah di sini tidak hanya untuk menerapkan, mengurangi dan merubah perilaku sikap dari hulunya, tetapi juga menyediakan sarana prasarana, anggaran, teknologi dan regulasi sehingga lima aspek yang harus dipenuhi dalam mengelola persampahan, yaitu dari sisi regulasi, intitusi, teknologi, aspek biaya, dan pemberdayaan masyarakat – semuanya bisa berjalan bersama-sama dengan prinsip kolaboratif dan inovasi.”
Dalam penerapan ekonomi sirkular, tahapan pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik memainkan peranan sangat penting:
- Pengumpulan: selain menjadi bagian penting dari siklus pengelolaan sampah plastik, tahap pengumpulan juga menjadi salah satu tantangan terbesar dalam siklus daur ulang kemasan plastik pasca-konsumsi. Diperlukan kerja sama multi pihak, dari produsen, konsumen hingga seluruh elemen masyarakat lainnya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas titik-titik pengumpulan sampah daur ulang di Indonesia
- Pemrosesan: upaya ini digalakkan dengan berbagai cara, salah satunya mengedepankan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) karena di akhir masa hidupnya sekalipun, plastik tetap menjadi sumber daya bernilai ekonomi, misalnya diubah menjadi bahan baku baru atau sumber energi
Dalam upaya pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik, kepedulian dan keterlibatan dari seluruh pihak dan semua lapisan masyarakat sangat dibutuhkan agar plastik dapat hidup berdampingan dengan masyarakat sesuai dengan fungsi dan nilai ekonominya.
Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia menerangkan, “Percaya bahwa plastik memiliki tempat tersendiri di dalam rantai ekonomi, tetapi tidak di lingkungan kita, Unilever Indonesia memiliki komitmen kuat untuk membangun planet yang lebih lestari, sejalan dengan pilar di strategi global ‘The Unilever Compass’.
Komitmen kami meliputi: mengurangi penggunaan plastik, menggunakan plastik yang lebih baik, dan menghadirkan inisiatif tanpa plastik. Salah satunya melalui upaya dan investasi yang signifikan dalam hal pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik.”
“Komitmen tersebut kami manifestasikan dalam serangkaian program, salah satunya melalui upaya dan investasi yang signifikan dalam hal pengumpulan dan pemrosesan sampah plastik. Pada 2022, Unilever Indonesia telah berhasil mengumpulkan dan memproses sebanyak 62.360 ton sampah plastik, dimana jumlah ini juga sudah diaudit oleh auditor pihak ketiga. Pencapaian ini sejalan dengan komitmen kami secara global; Membantu pengumpulan dan pemrosesan kemasan plastik lebih banyak dari yang dijual,” lanjut Maya
- Di tahap pengumpulan, upaya yang dilakukan Unilever Indonesia antara lain:
- Pengumpulan melalui lebih dari 4.000 Bank Sampah di 11 provinsi, puluhan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) dan waste collector/aggregator, Unilever Indonesia terus membantu upaya pemberdayaan masyarakat untuk memilah dan mengumpulkan sampah plastik agar memiliki nilai ekonomi.
- Di 2022, Unilever Indonesia juga bekerja sama dengan pihak peritel untuk menempatkan beberapa Dropbox yang memudahkan konsumen memilah dan mengumpulkan sampahnya.
- Di 2022 Unilever Indonesia memasang 1 Reverse Vending Machine (RVM) dan 5 Dropbox konvensional pada fasilitas umum di sekitar Jakarta dan Tangerang Selatan, bekerjasama dengan PlasticPay.
- Mendorong jutaan masyarakat bergabung dalam gerakan #GenerasiPilahPlastik untuk menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kemasan yang digunakan, terutama kemasan plastik, dengan cara memilah sampah dari rumah dan menyetorkannya ke Bank Sampah.
- Sementara di tahap pemrosesan, upaya yang telah dilakukan meliputi:
- Berinvestasi mengatasi masalah sampah kemasan plastik di bagian akhir pemrosesan sampah. Contohnya melalui CreaSolv, teknologi pertama dan satu-satunya di dunia yang mampu mendaur ulang sampah kemasan plastik (pouch dan sachet) menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kemasan baru. Contohnya adalah kemasan flexible pouch hasil daur ulang yang digunakan untuk kemasan Rinso.
- Selain itu, Unilever Indonesia membantu meningkatkan kapasitas pengumpulan dan pengelolaan sampah di dua fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) yang didukung oleh KLHK RI, yang turut mendorong pemanfaatan sampah sebagai sumber energi.
Dr. Mochamad Chalid, Kepala Center for Sustainability & Waste Management - Universitas Indonesia (CSWM-UI) berpendapat, “Sesuai prinsip ekonomi sirkular, jika sampah dijadikan komoditi, ada nilai ekonomi yang akan tercipta dengan terjadinya transaksi jual beli, penciptaan lapangan kerja, hingga langkah-langkah yang memastikan bahwa sampah plastik kembali menjadi bahan baku yang siap diolah menjadi produk yang sama atau produk turunannya. Salah satu contohnya adalah teknologi RDF yang saat ini tengah digalakkan Pemerintah. Teknologi ini menjadikan sampah yang sulit didaur ulang atau low value menjadi sumber energi untuk dipergunakan sebagai bahan bakar fosil, misalnya di pabrik semen.”
Rita Ningsih selaku Ketua Sub Kelompok Perencanaan Lingkungan DLH Provinsi DKI Jakarta turut menanggapi, “Teknologi RDF adalah salah satu upaya pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta di TPA Bantar Gebang melalui landfill mining. Di Bantar Gebang yang memiliki area seluas 110 hektar, sampah-sampah yang sudah lama dan menumpuk kami mining untuk diolah di dalam plant kami. Ini adalah salah satu bentuk penerapan ekonomi sirkular, karena peluang bisnisnya cukup besar.”
“Selain itu, Pemerintah DKI Jakarta juga memiliki platform kolaborasi sosial berskala besar persampahan, tempat dimana kami berkolaborasi dengan semua stakeholder – baik dari dunia usaha, akademisi, komunitas untuk memberikan wadah untuk berdiskusi, sekaligus wadah bagi kolaborator untuk bisa saling berkontribusi mengatasi permasalahan sampah di Jakarta.”
Dalam diskusi, Dila Hadju, Founder Tumbuh Hijau Urban, mengajak konsumen untuk menjadi bagian dari solusi. “Salah satu penyebab banyaknya sampah akhirnya tertumpuk di TPA adalah karena kondisi sampah kita yang tercampur, jadi sulit dijadikan bahan baku daur ulang. Jadi sebagai konsumen kita bisa banget berperan, mulai dari memilah sampah sesuai dengan jenisnya masing-masing, seperti sampah organik, anorganik, beracun (B3), dan residu.”
“Setelahnya, bawa ke Bank Sampah supaya sampah kita ditangani dengan baik. Awalnya memang mungkin perlu pembiasaan, tapi jangan dijadikan beban. Karena ini semua buat anak cucu kita nanti kok, hal kecil yang kita lakukan hari ini dampaknya bisa jadi luar biasa buat masa depan mereka,” ujar Dila.
“Kedepannya, Unilever Indonesia akan terus berupaya membangun kesadaran seluruh pihak akan konsep solusi pengelolaan sampah kemasan yang terintegrasi, meningkatkan kapasitas di bidang pengumpulan dan pengelolaan sampah, serta aktif mengedukasi dan melibatkan publik untuk terus berperan aktif menjadi agen perubahan positif bagi lingkungan. Selain itu, kami terus berupaya mengurangi penggunaan plastik baru, meningkatkan konten plastik daur ulang dalam kemasan kami, juga memastikan 100% dapat di daur ulang dan digunakan kembali. Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023!” tutup Maya.