Lewati ke content

Unilever Tinggalkan Bahan Bakar Fosil Sebagai Bagian dari ‘Clean Future’

Diterbitkan:

Waktu rata-rata membaca: 7 menit

* Investasi sebesar €1 miliar untuk upaya menciptakan ‘Masa Depan yang Bersih & Lestari’ (Clean Future) mendorong transformasi untuk meninggalkan bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil di dalam produk pembersih dan detergen Unilever pada tahun 2030, sembari mencari cara baru untuk mengurangi jejak karbon * Investasi ini akan mendanai penelitian, pengembangan dan inovasi global di bidang bahan kimia pembersih sirkular * Unilever mengajak semua pihak terkait untuk mulai mengadopsi cara berbisnis dan mengkonsumsi produk yang lebih bertanggungjawab untuk masa depan bersih & lestari, dengan menggunakan pendekatan ‘Karbon Warna’ untuk transisi ke sumber karbon terbarukan dan karbon daur ulang yang berasal dari tumbuhan, udara, sumber laut, dan limbah

Clean Future

London, 2 September 2020 – Unilever (‘Perusahaan’), produsen terkemuka rangkaian produk pembersih dan detergen, hari ini mengumumkan bahwa Perusahaan akan mulai melakukan transisi untuk menggantikan 100% karbon yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produk-produk pembersih dan detergennya dengan karbon terbarukan atau karbon daur ulang. Langkah ini dilakukan untuk mentransformasi brand-brand di kategori pembersih dan detergen, termasuk Molto, Rinso, Sahaja, Sunlight, Wipol, Superpell dan Vixal secara berkesinambungan.

Ambisi baru ini adalah upaya untuk ‘Menciptakan Masa Depan yang Bersih & Lestari’ (Clean Future), sebuah terobosan yang dirancang oleh divisi Home Care Perusahaan untuk secara fundamental mengubah cara pembuatan, produksi, dan pengemasan produk pembersih dan detergen paling ternama di dunia. Upaya Clean Future secara konsisten menanamkan prinsip ekonomi sirkular ke dalam kemasan dan formulasi produk secara global guna mengurangi jejak karbon.

Umumnya, sebagian besar produk pembersih dan detergen yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil, yaitu sumber karbon yang tidak dapat diperbarui. Peralihan bahan kimia yang digunakan Unilever ke sumber karbon terbarukan atau karbon daur ulang ini sengaja dilakukan untuk beralih dari ekonomi yang bergantung pada bahan bakar fosil. Upaya Clean Future adalah inisiatif pertama untuk skala global, dan merupakan langkah penting menuju komitmen Unilever dalam menghasilkan net zero emissions atau emisi nol dari produk-produknya pada tahun 2039.

Semakin tingginya jejak karbon yang kita hasilkan, semakin besar pula dampak negatif yang kita berikan terhadap bumi kita, terutama naiknya suhu bumi yang akan mengakibatkan berbagai ancaman bagi kelestarian lingkungan. Saat ini, bahan kimia yang digunakan di sebagian besar produk pembersih yang beredar di pasaran memiliki proporsi jejak karbon yang besar, yaitu sekitar 46% di sepanjang siklus hidup produk-produk tersebut.

Oleh karena itu, dengan meninggalkan bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produknya, Perusahaan akan menemukan cara baru untuk mengurangi jejak karbon dari produk pembersih dan detergen terbesar di dunia. Unilever menargetkan inisiatif ini akan dapat mengurangi jejak karbon dari formulasi produknya hingga 20%.

Peter ter Kulve, President of Home Care Unilever menerangkan, “Upaya Clean Future adalah visi kami untuk merombak bisnis secara drastis. Sebagai industri, kita harus memutuskan ketergantungan pada bahan bakar fosil, termasuk sebagai bahan baku produk. Kita harus berhenti mengeksploitasi karbon dari bawah tanah ketika tersedia cukup banyak karbon di dalam dan di atas tanah yang dapat kita teliti, untuk kemudian dimanfaatkan dalam skala besar.”

“Permintaan konsumen terhadap produk-produk pembersih kami dalam beberapa bulan terakhir begitu besar, dan kami sangat bangga bisa membantu menjaga kebersihan dan keamanan mereka di tengah pandemi COVID-19. Namun hal ini jangan menjadikan kita terlena. Kita tidak bisa membiarkan fokus kita teralihkan dari krisis lingkungan yang dihadapi dunia - seperti polusi, perusakan habitat alami, hingga isu darurat perubahan iklim. Dunia adalah rumah bersama bagi kita semua, dan merupakan tanggung jawab kita pula untuk melindunginya,” lanjut Peter.

Upaya Clean Future juga telah dimulai di Indonesia, baik di level korporat maupun melalui brand-brand di kategori Home Care. Veronika Utami, Direktur Home Care PT Unilever Indonesia, Tbk. menjelaskan, “Pada tahun 2019, pabrik Powder Non-Soap Detergent (NSD) yang memproduksi Rinso dan Molto mulai menggunakan energi terbarukan, yaitu energi biomassa yang berasal dari cangkang sawit yang bisa diperbarui. Biomassa ini menggantikan penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pada proses pengeringan detergen bubuk. Cangkang inti sawit menjadi pilihan karena ketersediaannya melimpah dari Sumatra dan Kalimantan, relatif tahan cuaca saat penyimpanan, dan memiliki kadar abu rendah.”

Sementara, sederetan brand dari Home Care Unilever Indonesia telah mulai menjalankan inisiatif untuk menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan, baik untuk kemasan maupun formulasi produk. Salah satu contoh nyata adalah penggunaan 100% plastik hasil daur ulang untuk botol Rinso, Molto, Wipol dan Sunlight, yang telah membantu Unilever Indonesia bergerak maju menuju bahan baku terbarukan untuk kemasan-kemasannya. Contoh lainnya adalah peluncuran rangkaian produk Sahaja dengan surfaktan dan parfum yang dapat terurai di lingkungan.

Unilever Indonesia juga telah memformulasi ulang Rinso Detergen Cair dan Molto Pelembut dan Pewangi Pakaian guna mengurangi ketergantungan pada bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dan menggantikannya dengan bahan berjejak karbon rendah, sejalan dengan ambisi Perusahaan. Tak kalah penting, Unilever Indonesia juga telah memperkenalkan solusi produk yang dirancang untuk mengurangi penggunaan air, seperti Molto All in One (Blue, Pink) dan Sunlight Jeruk Nipis Pencuci Piring. “Semoga peluncuran upaya Clean Future dari Unilever ini menjadi awal yang baik untuk menginisiasi kolaborasi lintas sektoral yang, kami yakin, adalah merupakan kunci untuk percepatan dan skala dampak positif yang kita ingin capai bersama,” tambah Veronika.

Secara global, Unilever mengalokasikan dana €1 miliar untuk upaya Clean Future, yang akan mendanai penelitian bioteknologi, pemanfaatan CO2 serta limbah, dan bahan kimia berjejak karbon rendah guna mendorong transisi menjauhi bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil.

Investasi ini juga akan digunakan untuk membuat formulasi produk yang dapat terurai secara alami dan hemat air, mengurangi separuh penggunaan plastik sekali pakai (virgin plastic) pada tahun 2025, dan mendukung edukasi masyarakat yang membuat teknologi ini menarik bagi konsumen. Investasi Clean Future merupakan tambahan dari €1 miliar yang telah diinvestasikan untuk ‘Climate and Nature fund’ Unilever yang baru, dan difokuskan untuk menciptakan produk pembersih dan detergen yang terjangkau, memberikan hasil terbaik, dengan dampak negatif lingkungan yang jauh lebih rendah.

Upaya Clean Future mendukung beberapa proyek terkemuka di seluruh dunia untuk mengubah cara pembuatan bahan kimia dalam produk pembersih dan detergen yang dimiliki Unilever. Di Slovakia misalnya, Unilever bermitra dengan perusahaan bioteknologi ternama Evonik Industries untuk mengembangkan produksi rhamnolipid, surfaktan terbarukan yang dapat terurai secara alami dan telah digunakan dalam cairan pencuci piring Sunlight di Chili dan Vietnam. Di Tuticorin, India Selatan, Unilever memanfaatkan soda ash – bahan pada detergen bubuk – yang dibuat dengan menggunakan teknologi mutakhir, yaitu penangkap CO2. Soda ash ini dibuat dari emisi CO2 dari energi yang digunakan dalam proses produksi. Kedua teknologi tersebut diharapkan dapat ditingkatkan secara signifikan di bawah upaya ini.

Pendekatan Karbon Warna

Inti dari upaya Clean Future adalah apa yang disebut oleh Perusahaan sebagai Karbon Warna, sebuah pendekatan baru untuk mendiversifikasi karbon yang digunakan dalam formulasi produknya. Sumber karbon fosil yang tidak dapat diperbarui (diidentifikasi dalam Karbon Warna sebagai karbon hitam) akan diganti dengan CO2 yang ditangkap (karbon ungu), tumbuhan dan sumber biologis (karbon hijau), sumber laut seperti alga (karbon biru), dan karbon yang dipulihkan dari bahan limbah (karbon abu-abu). Seluruh sumber karbon di bawah Karbon Warna akan diatur dan diinformasikan melalui analisis dampak lingkungan, dan bekerjasama dengan program-program sumber berkelanjutan terkemuka Unilever untuk mencegah dampak negatif pada penggunaan lahan.

Tanya Steele selaku Head Executive WWF Inggris berkomentar, “Dunia harus beralih dari bahan bakar fosil menuju sumber daya terbarukan guna mengurangi tekanan pada ekosistem kita yang rapuh untuk membantu memulihkan alam. Komitmen signifikan dari Unilever, berpadu dengan sumber daya berkelanjutan yang kuat, memiliki potensi nyata untuk memberikan kontribusi penting saat kita bertransisi ke ekonomi yang bekerja dengan alam, bukan justru menentangnya.”

Peter ter Kulve menyimpulkan, “Sebuah bioekonomi baru akan bangkit setelah bahan bakar fosil ditinggalkan. Kami sering mendengar bahwa konsumen menginginkan produk berkelanjutan yang lebih terjangkau dan berkualitas sama dengan produk umumnya. Perkembangan pesat di bidang sains dan teknologi memungkinkan kami mewujudkan hal ini, dengan manfaat baru yang menarik bagi konsumen yang menggunakan produk kami, mulai dari bahan pembersih yang sangat lembut hingga bisa membersihkan dengan sendirinya.”

“Diversifikasi sumber karbon sangat penting untuk digalakkan guna menyelamatkan planet kita. Seluruh pemasok dan mitra inovasi kami memainkan peran penting dalam transisi ini. Dengan memperkenalkan model Karbon Warna kami, Unilever menyerukan transformasi ekonomi secara luas dalam cara kita semua menggunakan karbon di masa depan.”

Kembali ke atas