Lewati ke content

Di Tengah Pandemi , 5.000 Perempuan Mendapat Keterampilan Wirausaha melalui Sunlight

Diterbitkan:

Waktu rata-rata membaca: 4 menit

Jakarta, 16 Juli 2020 – Lebih dari 5.000 perempuan dari seluruh Indonesia telah meningkatkan kemampuan wirausaha mereka melalui serangkaian pembelajaran melalui platform digital, WeLearn. Platform WeLearn merupakan sebuah inisiatif dari UN Women didukung oleh Sunlight, brand milik PT Unilever Indonesia Tbk yang bertujuan menciptakan kesempatan belajar setara untuk memberdayakan perempuan yang ingin memulai dan mengembangkan usaha mereka. Inisiatif WeLearn membekali perempuan wirausaha dan calon wirausaha dengan kemampuan bisnis dan digital yang penting dikuasai untuk beradaptasi di tengah perubahan dunia kerja dan perkembangan pasar, terutama di tengah krisis COVID-19 kini.

Krisis ini memukul berat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Kebijakan pembatasan sosial di beberapa kota memaksa pemilik usaha menutup toko mereka dan menghadapi penurunan drastis dalam penjualan. Namun demikian, krisis ini juga menciptakan peluang dan kebutuhan baru terhadap pelatihan online, yang membuat adanya peningkatan jumlah perempuan yang mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan WeLearn selama beberapa bulan belakangan.

“Selama masa pandemi ini, penjualan saya menurun, namun saya menggunakan waktu saya untuk mengikuti sesi pembelajaran dan virtual gathering yang diadakan jaringan bisnis yang saya ketahui dari WeLearn. WeLearn tidak hanya membekali saya dengan kemampuan dasar wirausaha, tetapi melalui sesi-sesinya, saya dapat bertemu jaringan wirausaha perempuan dan investor potensial untuk bisnis saya,” kata Vidi A. Damayanti, peserta WeLearn dari Jakarta sekaligus pemilik usaha Mamaibu Chicken Wings.

Di Indonesia, 64,5 persen dari UMKM yang terdaftar dikelola oleh perempuan.i Namun, dibandingkan dengan usaha yang dikelola oleh laki-laki, UMKM milik perempuan cenderung terkonsentrasi ke usaha dengan produktivitas rendah, di sektor bernilai rendah, khususnya di sektor perdagangan dan jasa.ii Dalam prakteknya, perempuan wirausaha sering mengalami hambatan dalam mengembangkan usaha mereka, termasuk beban pekerjaan rumah tangga dan perawatan yang tidak dibayar, serta terbatasnya kesempatan untuk bergabung di jaringan bisnis dan akses pengembangan keterampilan.

“Berinvestasi pada pemberdayaan ekonomi perempuan dan pengembangan keterampilan adalah cara efektif untuk mendorong kesetaraan gender dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Investasi bijak dan jangka panjang seperti ini menciptakan perubahan signifikan, terutama dalam masa krisis, ketika kecermatan dan ketangguhan perempuan berhasil mengubah kesulitan menjadi kesempatan untuk pulih dan bangkit kembali,” kata Jamshed Kazi, UN Women Indonesia Representative. “Kami bangga bahwa melalui inisiatif WeLearn, terutama di masa pandemi, kami mampu memberdayakan lebih banyak perempuan serta membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi tantangan, sehingga mereka dapat mengubah kehidupannya, dalam keluarga, dan komunitas.”

Veronica Utami, Direktur Home Care PT Unilever Indonesia Tbk mengatakan, “Unilever Indonesia telah menemani masyarakat Indonesia selama 86 tahun. Selama itu pula kami berkomitmen untuk membawa manfaat bagi masyarakat dan membantu pemerintah untuk menggerakkan ekonomi melalui berbagai upaya, termasuk melalui pemberdayaan UMKM sebagai tulang punggung perekonomian bangsa, utamanya para wirausaha UMKM perempuan. Kolaborasi kami dan UN Women dalam membentuk WeLearn sangat sejalan dengan purpose atau tujuan mulia brand kami, Sunlight, yakni menggali potensi diri perempuan yang selama ini masih terpendam. Paling lambat tahun 2022, kami ingin membantu 5 juta perempuan Indonesia menemukan potensi dirinya dan merealisasikan cita-citanya untuk berwirausaha. Kami percaya, meskipun situasi pandemik saat ini, kesempatan bagi perempuan untuk belajar tidak pernah tertutup.”

Sejak Oktober 2019, WeLearn telah memfasilitasi berbagai sesi pembelajaran untuk perempuan pengusaha mikro, termasuk kursus pembelajaran online melalui situs WeLearn, sesi pembelajaran online yang dipandu via Whatsapp dan Zoom, serta pelatihan dan pendampingan kewirausahaan offline. Melalui sesi-sesi tersebut, perempuan wirausaha dilatih untuk mengelola bisnis mereka dengan lebih baik, mendapatkan keuntungan ekonomi dari aktivitas mereka, serta belajar dari satu sama lain.

Berdasarkan survei Business Check Up yang diisi oleh 50 peserta yang sama sebelum dan setelah pelatihan, WeLearn terbukti berkontribusi positif dalam meningkatkan keterampilan wirausaha mereka:

  • 98 persen peserta menguasai kemampuan dasar pengelolaan keuangan (termasuk memiliki akun bank terpisah, mampu membuat laporan keuangan sederhana), dibandingkan dengan 35 persen sebelum pelatihan
  • 63 persen peserta meningkatkan manajemen operasional mereka (termasuk mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP), menentukan kualitas standar untuk bahan baku), dibandingkan dengan 24 persen sebelum pelatihan
  • 88 persen peserta telah berhasil memperoleh perijinan dan sertifikasi untuk usaha mereka
  • 99 persen peserta telah mengimplementasikan strategi pemasaran, termasuk menggunakan strategi pemasaran digital

Selain itu, WeLearn berhasil mendukung perempuan untuk lebih percaya diri, memiliki bekal pengetahuan, dan terampil dalam mencapai tujuan usaha mereka, sebagaimana terbukti dari hasil survei pre-test dan post-test online yang diisi oleh para peserta.

Hasil-hasil dari proyek WeLearn ini dibagikan dalam Diskusi Virtual bertema “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan: Mewujudkan Akses dan Kesempatan Setara bagi Wirausaha Perempuan” yang digelar hari ini. Dalam kesempatan yang sama, UN Women juga mengumumkan kelulusan dari 50 finalis perempuan wirausaha dari tiga kota (Jabodetabek, Malang, Jogjakarta) yang telah berhasil menyelesaikan pelatihan intensif selama empat bulan di bawah proyek WeLearn.

Ke depan, WeLearn berencana memperbanyak materi pembelajaran online mengenai topik-topik lain terkait dengan kewirausahaan, serta menghubungkan lebih banyak perempuan pengusaha mikro ke institusi finansial.

i Biro Pusat Statistik, 2018.
ii Bank Dunia, 2016

Kembali ke atas