Sebagai pemimpin pasar kecap manis, Bango telah melengkapi hidangan autentik Indonesia sejak tahun 1928. Kini, brand Bango memiliki misi berkelanjutan melalui upayanya beralih menggunakan kemasan botol dari 100% bahan Polyethylene Terephthalate (PET) yang dapat didaur ulang.
Bango menjadi brand Food & Refreshment di SEAA (Asia Tenggara dan Australasia) pertama yang meluncurkan inovasi ini. Botol baru Bango dengan ukuran 275ml dan 135ml mulai berada di pasaran sejak bulan Agustus. Nantinya, inovasi ini juga akan diterapkan pada 33 juta botol Bango lainnya, sehingga akan mengurangi lebih dari 500 ton plastik setiap tahunnya.
Peluncuran ini merupakan langkah besar komitmen Unilever yang pada tahun 2025 menargetkan semua kemasan plastik produknya akan dapat digunakan kembali, didaur ulang atau dijadikan kompos, dan menggunakan konten daur ulang sebanyak 25% pada kemasannya.
Terdepan dalam Inovasi
Botol Bango yang menggunakan 100% bahan daur ulang ini telah mendapatkan sertifikasi halal dan telah mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM). Tim Unilever Indonesia bekerja sama dengan para mitra-mitranya untuk memastikan botol daur ulang yang digunakan memiliki kualitas tinggi dan sesuai dengan persyaratan atau standar yang telah ditetapkan.
“Ini adalah langkah yang baik untuk planet kita karena secara signifikan kami mampu mengurangi penggunaan plastik baru (virgin plastic),” ungkap Hernie Raharja, Direktur Foods & Beverages Unilever Indonesia. “Tidak hanya itu, kami juga ingin memberikan manfaat yang lebih untuk mengajak lebih banyak konsumen untuk mau menyalurkan kemasannya untuk bisa didaur ulang dan menjadikan hal ini sebagai kebiasaan baik yang diterapkan sehari-hari. Selain itu, kami juga ingin menginspirasi perusahaan lain, terutama produsen produk konsumen (consumer goods), untuk mengikuti jejak kami.
“Upaya mengurangi penggunaan plastik serta menempatkan plastik kemasan ditempatnya (tidak mencemari lingkungan) akan membantu terciptanya penerapan ekonomi sirkular di Indonesia.”
Membantu membangun industri
Tahun 2019 ini, masyarakat Indonesia akan menghasilkan sekitar 10 juta ton sampah plastik. Berdasarkan data dari Sustainable Waste Indonesia, kurang dari 10% sampah tersebut yang didaur ulang, sementara lebih dari setengahnya akan berakhir ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Untuk membantu mendorong laju daur ulang dan mengembangkan infrastruktur yang bisa menyerap kemasan dalam skala besar, Unilever Indonesia menjalankan beberapa program kemitraan dengan pihak-pihak terkait.
Bersama dengan perusahaan besar lainnya, termasuk Coca-Cola, Danone, Indofood, Nestle, dan Tetra Pak, Unilever mendirikan PRAISE yakni sebuah asosiasi yang bertujuan untuk membantu pengembangan solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan terintegrasi di Indonesia.
Melaui PRAISE dan advokasi independen kami lainnya, kami secara aktif berkolaborasi dengan pemerintah dalam menangani masalah sampah plastik.
Unilever juga melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya daur ulang melalui program bank sampah berbasis masyarakat. Program bank sampah merupakan sarana tempat masyarakat bisa melakukan pemilahan sampah sekaligus menabung.
Hingga saat ini, kami telah membantu mendirikan lebih dari 2,800 bank sampah di seluruh Indonesia, termasuk tempat pengumpulan sampah kemasan flexible (flexible plastic) di delapan kota. Melalui program Bank sampah, sampah non-organik sebanyak hampir 7,700 ton bisa diolah dan tidak terbuang sia-sia.
Melalui kampanye pemasaran yang mempromosikan peluncuran botol Bango ini diharapkan mampu mendorong konsumen mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang kemasan plastik.