Limbah & Kemasan
Plastik telah menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan dari kehidupan kita karena dapat melindungi sebuah produk dan membuatnya mudah untuk dikeluarkan atau ditutup kembali setelah pengunaan. Akan tetapi, jika tidak dikelola dengan baik maka plastik juga dapat memunculkan masalah lain yang sangat besar dan terus bertambah, yaitu masalah limbah plastik. Sebab, limbah plastik mengotori lingkungan kita, laut kita, dan juga membunuh kehidupan bawah laut.
Menurut World Economic Forum, limbah kemasan plastik mewakili kerugian sebesar $80 - $120 miliar untuk ekonomi global setiap tahunnya. Diperlukan pendekatan yang lebih sirkular yang mana kita tidak hanya menggunakan lebih sedikit kemasan plastik, tetapi juga merancang kemasan plastik yang dapat digunakan kembali, didaur ulang atau dikompos.
Dalam ekonomi sirkular, bahan-bahan seperti plastik akan diperbarui daripada hanya digunakan beberapa kali dan dibuang begitu saja. Hal ini menjadikan nilai dari sebuah bahan, termasuk plastik, tidak akan hilang dengan dibuang. Selain itu, penggunaan bahan-bahan secara sirkular juga membuat biaya lebih rendah dan menghasilkan sedikit limbah.
Upaya Kami
Kami selalui berupaya untuk meminimalisir limbah kami mulai dari hulu, tengah, sampai hilir dari rantai bisnis kami. Upaya ini sejalan dengan strategi Unilever Sustainable Living Plan kami. Ekonomi sirkular merupakan pendekatan yang sedang kami jalankan di mana kami mengelola semua bahan dan limbah pada setiap siklus bisnisnya secara bertanggung jawab seraya mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari dalam operasi bisnis kami. Cari tahu lebih lanjut mengenai komitmen kami dalam mengatasi masalah sampah plastik di sini
Program Green and Clean dan Bank Sampah
Pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya pemanfaatan sampah masih perlu ditingkatkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena karakteristik geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Mulai dari barang rusak, benda tidak terpakai, kemasan produk, hingga sisa makanan terbuang begitu saja. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), jumlah sampah yang dihasilkan pada tahun 2017 mencapai 65,8 juta ton dengan 40% diantaranya adalah sampah anorganik. Jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 70,8 juta ton pada tahun 2025. Sampah yang tidak dikelola dengan baik berakibat buruk bagi kesehatan manusia dan merusak lingkungan. Pemerintah dalam hal ini telah menetapkan target untuk mengurangi volume sampah sebesar 30% atau setara dengan 20,9 juta ton pada tahun 2025, yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017.
Bermula di Jambangan, Surabaya
Penyelesaian masalah sampah membutuhkan peran aktif seluruh elemen yang ada di Indonesia. Pada tahun 2001, Unilever Indonesia Foundation (UIF) mendirikan sebuah program bernama Program Brantas Bersih, yang mana UIF secara aktif melakukan edukasi kepada masyarakat Indonesia tentang pentingnya memilah sampah. Program yang bermula di daerah Jambangan, Surabaya ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air Sungai Brantas melalui peningkatan kesadaran pada komunitas di Jambangan.
UIF mendorong pembentukan kader lingkungan untuk memberikan pelatihan di komunitas tersebut. Mulai dari pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah, pembibitan tanaman, hingga penghijauan pekarangan. Sampah organik yang dikumpulkan akan diproses menjadi kompos sebagai bahan pupuk penyubur tanaman penghijauan, sedangkan sampah kering didaur ulang untuk menjadi berbagai jenis keterampilan tangan. Program ini berjalan secara konsisten dan berbuah hasil di tahun 2006 yang mana Jambangan menjadi bebas sampah dan pada tahun yang sama Surabaya mendapatkan penghargaan Adipura.
Menyebarluaskan Inspirasi Bersama Masyarakat
Keberhasilan di Jambangan memberikan pelajaran untuk kami bahwa komunitas memiliki peran yang sangat besar untuk mengelola sampahnya sendiri. UIF kemudian memperluas cakupan program lingkungan berbasis komunitas ini ke wilayah lain di Indonesia. Program ini pun diberi nama Green and Clean. Dalam pelaksanaanya, UIF bekerja sama dengan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan tentunya peran serta masyarakat di berbagai kota besar di Indonesia untuk mengelola sampah dari sumbernya, yaitu dari rumah tangga.
Kami berupaya mengoptimalkan pengelolaan sampah berbasis komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas daur ulang dikalangan masyarakat dan mengurangi menumpuknya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kami pun mengembangkan beberapa jenis program terkait pengumpulan sampah. Tahun 2008, kami mulai mengadopsi pendekatan Bank Sampah kemudian memperkuat sistemnya dan menyebarkannya ke berbagai daerah di Indonesia. Melalui program ini, kami berupaya menciptakan berbagai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Keberhasilan dari program ini terlihat dari jumlah unit bank sampah, jumlah masyarakat yang terlibat, dan jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan dan dijual. Selain itu, kami juga turut menghasilkan sebuah buku tentang sistem Bank Sampah yang dilengkapi dengan kisah-kisah inspiratif dari 10 Bank Sampah yang telah diberdayakan bersama kami. Buku ini kami luncurkan untuk dapat diakses secara luas oleh masyarakat.
Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses (PDF | 10MB)
Pada tahun 2017, kami melakukan re-launching di 18 kota besar, untuk memperkuat pengelolaan bank sampah di tengah masyarakat. Di bank sampah binaan, masyarakat secara mandiri mengumpulkan, memisahkan dan mendaur ulang sampah dari sekitarnya dan mengubahnya menjadi uang tabungan. Program ini mempromosikan pengumpulan sampah yang berkelanjutan dengan mendirikan bank sampah komunitas dan bermitra dengan para pemulung untuk ikut serta membentuk bank sampah tingkat sektor dan kota.
Kemudian di tahun 2018, kami memulai pendekatan baru dengan melibatkan sekolah untuk secara aktif berpartisipasi dalam mendirikan bank sampah. Para guru dan siswa sekolah didorong untuk menjadi anggota bank sampah. Berkat terobosan ini, kami menghasilkan pertumbuhan anggota bank sampah yang signifikan hingga 24,76%.
Sepanjang tahun 2018, kami juga telah mengimplementasikan program ini ke lebih banyak kota dengan menjangkau 37 kota di 12 provinsi di seluruh Indonesia. Selain itu, kami juga berhasil meningkatkan pertumbuhan jumlah bank sampah sebesar 7,69% dibanding tahun sebelumnya, mengurangi limbah sampah anorganik sebesar 27%, dan meningkatkan pertumbuhan total turnover bank sampah sebesar 30,07%.
Hingga saat ini, terdapat 2.816 Bank Sampah binaan Unilever di seluruh Indonesia yang telah membantu mengurangi 7.779 ton beban sampah ke TPA di tahun 2018. Di Jakarta sendiri sudah ada sekitar 394 Bank Sampah yang didampingi oleh Unilever dengan total sampah yang dikelola sebesar 1.326 ton di tahun 2018.
Teknologi CreaSolv®
Penggunaan kemasan plastik fleksibel, yang terdiri dari sachet dan pouch, dapat menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Sampah kemasan plastik fleksibel pada umumnya terdiri dari beberapa lapisan material, sehingga sulit untuk di daur ulang. Hal ini berakibat pada banyaknya dua jenis ini yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan juga mencemari lingkungan.
Menyadari hal tersebut, Unilever telah memulai upaya untuk mendaur ulang sampah kemasan di rantai nilai konsumen, mulai dari hulu hingga ke hilir. Di hulu, kami bekerja untuk mengumpulkan sampah kemasan fleksibel dengan bekerja sama dengan konsumen dan komunitas, sedangkan di hilir, kami mulai menerapkan terobosan Teknologi CreaSolv® Process untuk mendaur ulang sampah plastik fleksibel menjadi bahan baku
Sejak tahun 2011, Unilever telah bekerja sama dengan Fraunhofer Institute IVV untuk Teknik Proses dan Pengemasan IVV dalam menciptakan teknologi guna mendaur ulang limbah kemasan fleksibel. Pada bulan Mei tahun 2017, Teknologi CreaSolv® Process secara resmi diperkenalkan kepada public dan didukung oleh Kementerian LHK.
Pada tahap awal yakni pertengahan tahun 2018 lalu, Teknologi CreaSolv® Process mini scale plant di Sidoarjo, Jawa Timur mulai beroperasi dan mendaur ulang limbah kemasan fleksibel pasca penggunaan konsumen. Pada akhir tahun 2018, lebih dari tiga ton sampah plastik dikumpulkan setiap hari untuk diproses oleh Teknologi CreaSolv® Process. Hal ini menjadikan Teknologi CreaSolv® Process sebagai teknologi pertama sekaligus satu-satunya di dunia dan dianggap sebagai solusi paling efisien dalam penglolaan limbah sachet.
Pada skala komersial, Teknologi CreaSolv® process akan mengurangi emisi karbon dioksida sebanyak seperenam dibandingkan dengan produksi menggunakan bahan baku murni. Dalam setahun dapat mencapai 7.800 ton karbon dioksida, yang setara dengan 8.200 ton plastik fleksibel. Ini adalah langkah pertama menuju inisiatif yang lebih luas untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang lebih bertanggung jawab terhadap plastik.
PRAISE Dropping Box
Persoalan pengelolaan sampah khususnya di kota-kota besar masih menjadi tantangan sehingga sudah saatnya seluruh elemen masyarakat saling bekerja sama untuk menjadi bagian dari solusi atas masalah tersebut, salah satunya dimulai dengan memilah sampah. Unilever Indonesia melalui PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) turut andil untuk mengatasi masalah ini bermitra dengan Waste4Change. PRAISE dan Waste4Change berinisiatif menempatkan 100 unit Dropping Box di berbagai wilayah Jakarta sebagai solusi berupa sistem pengumpulan sampah kemasan yang bertujuan mengedukasi sekaligus membentuk kebiasaan masyarakat untuk memilah sampah demi mendukung usaha daur ulang sampah kemasan secara berkelanjutan.
Inisiatif Dropping Box menjadi sebuah solusi yang merangkul setiap pemangku kepentingan yang terlibat, yaitu konsumen sebagai elemen terpenting yang dapat langsung memilah dan membuang sampah kemasan di Dropping box yang sudah tersedia, pihak pemerintah, PRAISE, Bank Sampah dan Waste4Change. Di tahun 2018 lalu, Dropping Box juga mendukung kampanye kurang limbah di lokasi perhelatan olahraga terbesar se-Asia yakni Asian Games 2018 di Jakarta.
Dropping Box ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan inisiatif pemilahan, pengangkutan, dan pengelolaan sampah yang sudah ada sebelumnya, yaitu:
- Jaminan Pemisahan. Konsumen dapat memisahkan dan membuang limbah kemasan mereka sesuai dengan jenis, yaitu kertas (kemasan karton, kertas, dan kardus) dan non-kertas (botol plastik, kaleng makanan/minuman, botol kaca, kantong plastik dan kantong isi ulang). PRAISE dan Waste4Change memastikan bahwa semua proses pengumpulan, transportasi, dan pengelolaan limbah sama dengan pemisahan dalam dropping box.
- Jaminan Pemrosesan. Sampah yang terkumpul ditangani oleh mitra Waste4Change dan secara berkala disampaikan kepada mitra bank sampah yang terjamin.
- Jaminan Daur ulang. Limbah yang dapat didaur ulang dipindahkan ke pabrik daur ulang dan residu ditangani oleh mitra Waste4Change, memastikan limbah kemasan yang dikumpulkan tidak berakhir di tempat pembuangan sampah.
- Jaminan Edukasi. Inisiatif ini dilengkapi dengan berbagai bentuk media pendidikan, seperti infografis menarik yang melekat pada Dropping Boxes. Program masyarakat berkelanjutan juga dilakukan melalui media massa dan media sosial.