
Setelah sukses menyelenggarakan kompetisi Blue Band Master Oleh-Oleh selama dua tahun sejak 2016 dengan total peserta lebih dari 8.000 pelaku industri pastry dan bakery, Unilever Food Solutions menyadari masih adanya beragam kendala dalam mengembangkan bisnis oleh-oleh diantaranya kurangnya keunikan karakter oleh-oleh, desain kemasan yang kurang menarik, pemilihan bahan kemasan yang kurang tepat, keterbatasan sumber informasi terkait kelengkapan legalitas ijin usaha.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat industri kuliner merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar di sektor non-migas, yaitu sebesar 34,95 persen1. Sektor kuliner pun diprediksi akan tumbuh hingga lebih dari 10 persen2 di tahun ini; menandakan semakin ketatnya persaingan sektor kuliner, termasuk pastry dan bakery.
Berangkat dari hal tersebut, Unilever Food Solutions melalui Blue Band Master mengadakan Incubator Camp untuk memperkaya wawasan para pemenang provinsi Blue Band Master Oleh-Oleh 2017 dalam menjawab beragam tantangan bisnis yang dihadapi, serta untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan industri yang semakin ketat.
Incubator Camp merupakan rangkaian workshop dan business pitching bagi para pemenang provinsi Blue Band Master Oleh-Oleh 2017, bekerja sama dengan berbagai instansi dan komunitas yang kompeten di bidangnya masing-masing, di antaranya Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BADAN POM), Akademi Gastronomi Indonesia (AGI), Indonesia Pastry Alliance (IPA), dan Kreavi melalui project-nya yaitu Tata Rupa.
Pada akhir Incubator Camp akan diadakan business pitching untuk memacu para peserta berinovasi mengembangkan bisnisnya.
Adapun rangkaian sesi workshop Incubator Camp, antara lain:
- Sesi workshop “Tren Pastry dan Bakery di Indonesia” oleh Chef Rahmat Kusnedi, President Indonesia Pastry Alliance
- Sesi workshop “Teknik Pemasaran di Era Modern” oleh Dian Marsi, Digital Marketing Lead, Unilever Food Solutions
- Sesi workshop “Menggali Cerita di Balik Bisnis Oleh-Oleh” oleh Vita Datau, Ketua Akademi Gastronomi Indonesia
- Sesi workshop “Pengemasan Ideal dalam Bisnis Oleh-Oleh” oleh Marvin Ade Santoso, Kreator Kreavi dan Kontributor Project Tata Rupa
- Sesi workshop “Legalitas dan Keamanan Pangan dalam Bisnis Makanan dan Minuman” oleh Yuni Kuswanti, STP., Msc., Staf Sub Direktorat Registrasi Pangan Olahan Risiko Tinggi, BPOM
- Sesi workshop “Memperkuat Pondasi Kewirausahaan dalam Industri Oleh-Oleh” oleh Hanifah Makarim, Kasubdit Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan Deputi Akses Permodalan BEKRAF
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) terkait Rencana Pengembangan Kuliner Indonesia, sektor kuliner Indonesia sesungguhnya berpotensi untuk berkembang lebih pesat apabila memiliki identitas kuliner lokal yang kuat dan tidak terpengaruh popularitas kuliner asing. Hal tersebut juga menjadi fokus Akademi Gastronomi Indonesia (AGI), yang selama ini selalu berupaya mengajak para pelaku industri kuliner, termasuk industri pastry dan bakery, untuk mengembangkan kekuatan karakter dan storytelling produknya. Untuk memperkuat karakter suatu oleh-oleh, AGI menilai unsur keunikan geografis, jenis pangan, dan latar belakang sejarah produk oleh-oleh tersebut sangat penting untuk ditonjolkan.
Setelah mengidentifikasi karakter dan storytelling yang ingin disampaikan kepada konsumen, penting bagi para pelaku industri untuk memperhatikan unsur pengemasan oleh-oleh. Adapun empat aspek yang wajib untuk diperhatikan dalam suatu kemasan oleh-oleh yang ideal menurut Kreavi (Inisiator project Tata Rupa), di antaranya: kenyamanan dalam penggunaan, harga yang relatif murah dan tahan lama, desain yang dapat mengkomunikasikan keunggulan, serta desain yang disesuaikan dengan kebutuhan atau target pasar.
Mengetahui siapa target pasar suatu produk pun dianggap oleh Unilever Food Solutions sebagai salah satu poin utama bagi para pelaku bisnis oleh-oleh untuk memasarkan produknya. Di era yang semakin modern, pemasaran melalui teknologi digital merupakan sesuatu yang krusial untuk dikuasai para pelaku bisnis. Mengetahui kekuatan masing-masing media digital sekaligus siapa target pasar yang disasar akan membantu para pelaku industri dalam memasarkan produknya melalui media yang tepat sehingga metode pemasaran akan kian efektif.
Tidak ketinggalan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menambahkan pentingnya para pelaku industri pastry dan bakery dalam terus meningkatkan kelengkapan legalitas usahanya, salah satunya dengan memiliki izin edar BPOM, yang merupakan suatu jaminan keamanan dan mutu pangan yang diberikan kepada konsumen. Ajakan ini selaras dengan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman (GERMAS SAPA) yang terus dicanangkan oleh BPOM kepada masyarakat.
Selain mendapatkan paparan terkait dengan bisnis pastry dan bakery, para peserta Incubator Camp juga memperoleh coaching clinic dari para narasumber workshop. Setelah menjalani serangkaian workshop, para peserta Incubator Camp ditantang untuk mempresentasikan kinerja bisnis sekaligus merencanakan pengembangan dan inovasi bisnis oleh-oleh mereka, mengacu kepada materi-materi workshop yang sebelumnya mereka terima dalam kegiatan Incubator Camp. Sesi business pitching ini akan dijurikan oleh para narasumber sesi workshop.


