Lewati ke content

Perjuangan Ahmad Nabung Sampah untuk Pendidikan dan Lingkungan

Diterbitkan:

Waktu rata-rata membaca: 2 menit

Ahmad, 9 tahun, setiap hari membantu sang ibu mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah di Bank Sampah binaan Unilever. Simak bagaimana ‘pahlawan’ cilik ini berjuang untuk pendidikan dan lingkungan.

Unilever Indonesia - Ahmad

Ahmad Al Qadri yang akrab dipanggil Ahmad bertempat tinggal di sebuah rumah kost yang berlokasi di kecamatan Mamajang, dengan ibu dan saudara perempuannya tanpa ayahnya harus bekerja sebagai buruh harian.

Setiap hari, Ahmad bangun pagi sekali untuk bersiap pergi ke sekolah. Ditemani oleh ibunya, Ahmad berjalan kaki sejauh kurang lebih satu kilometer menuju sekolah. Bukan menjadi hambatan, justru keterbatasan ini mendorong Ahmad untuk semakin semangat pergi ke sekolah demi menggapai cita-citanya. “Ingin menjadi tentara... agar bisa menolong banyak orang,” cerita Ahmad yang sungguh mulia.

Ahmad menyadari bahwa dibutuhkan ketekunan untuk menggapai cita-citanya. Untuk itu, sesampainya di rumah Ahmad selalu menyempatkan waktu untuk mengerjakan tugas sekolah dan mengulang kembali pelajaran yang diberikan di hari itu. Matematika, IPS, Bahasa Indonesia,” jawab Ahmad saat ditanyakan tentang mata pelajaran favoritnya.

Di luar kegigihannya dalam menggapai mimpi, Ahmad punya kebiasaan unik di usianya yang menginjak sembilan tahun, yaitu menabung sampah. Sebelum pulang ke rumah untuk lanjut belajar, terlebih dahulu ia selalu membantu ibunya membersihkan sampah di kantin sekolah. Ia mengumpulkan dan memilah sampah-sampah kardus, plastik, gelas, dan botol untuk kemudian ditabung di bank sampah. Yang membanggakan, kebiasaan ini kemudian menginspirasi teman-teman seusianya. Ahmad bercerita bahwa beberapa teman-temannya di sekolah juga kerap mengikuti Ahmad untuk mengumpulkan, memilah, dan menabung sampah di Bank Sampah.

Apa alasan Ahmad menjadi nasabah bank sampah? Sejak tahun 2017, Ahmad telah terdaftar menjadi salah satu nasabah di Bank Sampah binaan Unilever dan Yayasan Peduli Negeri di Baji Pamai, Kelurahan Tamparang Keke, Kecamatan Mamajang, yang berlokasi tepat di samping sekolahnya. Dengan menabung sampah, Ahmad telah membantu untuk mengurangi beban kedua orang tuanya.

Ahmad bercerita, “Dari dua kali seminggu menabung di Bank Sampah, uangnya dipakai untuk beli alat tulis, buku, tas, dan sepatu untuk sekolah”. Menurut pihak pengurus Bank Sampah Baji Pamai, tiap satu kali penimbangan, saldo Ahmad dapat mencapai sekitar Rp 37.000 - Rp 45.000. Hal ini membuat Ahmad bersemangat dan termotivasi untuk rutin mengumpulkan dan memilah sampah setiap harinya.

Semangat Ahmad untuk menabung di Bank Sampah tidak hanya semata-mata karena faktor ekonomi untuk menunjang pendidikannya, namun juga untuk lingkungan sekitarnya. Ahmad mengatakan bahwa kelak saat dirinya sudah menjadi tentara, Ahmad tetap ingin menabung sampah di Bank Sampah. “Agar bisa dapat uang dan lingkungan tetap bersih.” ungkap keluguan Ahmad. Ia pun akan sangat senang bila lebih banyak orang yang tergerak untuk memilah sampah dan mulai nabung sampah.

Kembali ke atas