
Jakarta, 25 September 2017 – Kondisi geografis Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke telah membuat negeri ini berlimpah kekayaan alam, salah satunya bahan pangan. Keanekaragaman komoditas lokal ini menjadi salah satu kunci untuk menonjolkan ciri khas masing-masing provinsi Indonesia yang secara tidak langsung berdampak pada kemajuan sektor ekonomi kreatif daerah. Memahami potensi tersebut, Unilever Food Solutions (UFS) kembali menggelar ajang pencarian ragam kreasi oleh-oleh terbaik khas Nusantara melalui kompetisi Blue Band Master Oleh-oleh 2017 yang didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF).
Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) menjelaskan:
“Kami menyambut baik inisiatif Unilever melalui kompetisi Blue Band Master Oleh-oleh 2017 ini. Saat ini subsektor kuliner menjadi salah satu fokus kerja kami merupakan industri ekonomi kreatif penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar bagi Indonesia dengan kontribusinya sebesar 41,69% sehingga berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui kompetisi ini, kami optimis para pelaku industri pastry dan bakery akan tergerak untuk semakin aktif berkontribusi mendukung pertumbuhan subsektor kuliner dan industri ekonomi kreatif di Indonesia, sekaligus mengangkat nilai dan karakteristik daerahnya, baik di mata nasional maupun mancanegara.”
Thomas Agus Pamudji selaku Managing Director Unilever Food Solution PT Unilever Indonesia Tbk menyatakan, “Tingginya antusiasme masyarakat terhadap Blue Band Master Oleh-Oleh 2016 telah mendorong UFS untuk kembali menggelar kompetisi yang sama tahun ini. Kami menyadari masih banyak potensi lokal Indonesia yang dapat digali guna menonjolkan karakteristik masing-masing daerah di Indonesia dan mendorong kemajuan ekonomi lokal daerah."
"Hal ini selaras dengan salah satu komitmen bisnis kami, Unilever Sustainable Living Plan (USLP), yaitu memberikan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia, dalam hal ini para pelaku industri pastry dan bakery, serta mendukung agenda Nawa Cita butir ke-7 untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.”
Chef Rahmat Kusnedi selaku President Indonesia Pastry Alliance yang turut menjadi salah satu dewan juri kompetisi tersebut tahun lalu mengungkapkan, “Indonesia menyimpan beragam kekayaan komoditas lokal yang beragam di tiap daerahnya yang menyimpan jutaan kebaikan bagi tubuh, seperti 77 sumber karbohidrat, 75 sumber lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 232 jenis sayuran, dan 110 macam bahan rempah."
"Namun, di balik keberagaman komoditas lokal dan tingginya antusiasme partisipasi masyarakat dalam kompetisi ini tahun lalu, penggunaan komoditas lokal masih belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal mengangkat kekayaan bahan pangan lokal dapat menjadi ciri khas yang unik bagi kreasi oleh-oleh di daerah masing-masing.”
Hal tersebut dibenarkan oleh Vita Datau selaku Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI), “Indonesia memiliki konsep gastronomi yang disebut Triangle Concept yang berporos pada tiga elemen, yaitu makanan, budaya, dan sejarah, yang saling bersinergi satu sama lain. Kaitan antara makanan dan sejarah dihubungkan oleh bahan pangan lokal, antara sejarah dengan budaya dihubungkan oleh hikayat, sedangkan antara budaya dengan makanan dihubungkan oleh ritual atau ceremony."
"Konsep tersebut akhirnya membentuk image yang membedakan suatu daerah dan inilah yang dapat dikomunikasikan melalui kreasi oleh-oleh. Keanekaragaman jenis bahan pangan, proses pembuatan, hingga proses pengemasan oleh-oleh di satu provinsi dengan provinsi lainnya akan cenderung berbeda, dan itu merupakan salah satu nilai jual tersendiri bagi industri oleh-oleh provinsi tersebut, bahkan hingga ke mancanegara.”
Fenita Arie selaku selebritis sekaligus Pemilik Brownies Mete (Brownte) khas Kendari juga membenarkan, “Keunikan menjadi salah satu aspek yang berharga dalam menghadapi persaingan-persaingan usaha saat ini dan saya coba wujudkan dengan penggunaan komoditas lokal, salah satunya kacang mete dari Kendari. Sebelum mencoba memadukannya menjadi racikan Brownte, saya sempat bereksperimen dengan kacang-kacangan dari daerah lain, salah satunya kacang dari Arab, tetapi rasanya jadi kurang maksimal. Saat ada oleh-oleh kacang mete dari Kendari, saya coba mengolahnya ke dalam brownies. Rasanya jadi jauh lebih enak dan tentunya berbeda dibandingkan dengan brownies dari daerah lainnya.”
Pendaftaran Blue Band Master Oleh-Oleh 2017 dimulai pada 18 September – 10 November 2017 melalui website www.masteroleholeh.com dan seluruh masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi dengan memilih tiga kreasi oleh-oleh favorit dari tiap provinsinya sebagai Juara Provinsi melalui website dan SMS. Pada bulan November 2017, seluruh Juara Provinsi akan mengirimkan kreasi oleh-olehnya ke Jakarta untuk dinilai langsung oleh dewan juri yang terdiri dari Bapak Triawan Munaf, Ibu Vita Datau, dan Chef Rahmat Kusnedi yang akan memilih tiga Juara Nasional dengan kriteria penilaian mencakup aspek rasa, tampilan, dan keunikan.
“Kami berharap kompetisi ini mampu mendapatkan antusiasme lebih besar lagi dibandingkan tahun sebelumnya dan mampu memperkenalkan potensi kuliner oleh-oleh khas nusantara. Temukan informasi lebih lanjut seputar Blue Band Master Oleh-Oleh 2017, share informasinya menggunakan hashtag #MasterOlehOleh dan jangan lupa dukung oleh-oleh pilihan favorit Anda di www.masteroleholeh.com!” tutup Thomas.

